Jumat, 28 Maret 2014

 Perdarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh dara akibat kerusakan (robekan) pembuluh darah. Kehilangan darah bisa disebabkan perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan internal lebih sulit diidentifikasi. Jika pembuluh darah terluka maka akan segera terjadi kontriksi dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. Platelet mulai menempel pada tepi yang kasar sampai bentuk sumbatan.
Gangguan perdarahan adalah istilah umum untuk berbagai masalah medis yang mengarah ke pembekuan darah miskin dan perdarahan terus-menerus. Dokter juga menyebut mereka istilah-istilah seperti koagulopati, perdarahan dan gangguan pembekuan darah.
Ketika seseorang memiliki kelainan pendarahan mereka memiliki kecenderungan untuk berdarah lagi. Kelainan dapat disebabkan oleh cacat pada pembuluh darah atau dari kelainan dalam darah itu sendiri. Mungkin kelainan pada faktor pembekuan darah atau platelet. 



Untuk membaca lebih lanjut download di bawah ini :

https://onedrive.live.com/redir?resid=95A02BFBC1D81C59%21114


AIR WAY MANAGMENT ( INTUBASI ENDOTRACHEA )
A.DEFINISI
Pada penilaian jalan nafas harus dilakukan air way managment harus dilakukan dengan  dengan cepat dan tepat tujuan akhir dari tindakan ini adalah oksigenasi kepada pasien, baik dengan atau tanpa tambahan oksigen.
Tekniknya menjaga jalan nafas ada 2 macam :
Tanpa alat  : dikerjakan untuk emergenci dimana saja dan kapan saja. 
  Dengan menggunakan alat : dengan menggunakan alat seperti orofarig, nasofaring, pipa trachea, dan perangkat lainnya.
Intubasi merupakan salah satu tindakan dengan menggunakan alat yang memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut atau melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian atas atau trachea (Hendrickson, 2002) .
Intubasi endoterachea adalah tindakan memasukkan pipa endotrachea ke dalam trachea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan.
TUJUAN 

a.   Mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi bagi pasien operasi. 
b.  Mempertahankan jalan nafas agar tertap adekuat
c.  Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung. 
d.  Pemakaian ventilasi mekanis yang lama
INDIKASI
  •             Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan karbondioksida di arteri.
  •          Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekanan oksigen arteri dan lain- lain)
  •          Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau sebagai bronchial toilet.
  •       Menyegerakan proteksi terhadap pasien dengan keaadaan yang gawat atau pasien dengan refleks akibat sumbatan.
B. ALAT
1.laringoskop
2.Pipa endotrakea (ETT) dengan ukuran 7,0. 7,5. 8.0 untuk perempuan dan 8,0 dan 8,5 untuk laki-laki sedangkan emergency no7,5
3. Jelly
4. Spuit 20 atau 10 cc
5. Stetoskop
6. Bantal
7.Plester dan gunting
8. Mesin Sucton
9. APD (sarung tangan ,masker )
10.Bag Valve mask
11. oropharingeala (OPA)/mayo/guedel
12. Xylocain Spray
13. Magil Stang
14. Stilet / mandrein
15. Jarum NO. 14
C. KEUNTUNGAN
     a.Mencegah distensi lambung
     b.mencegah aspirasi lambung
     c.memberikan Oksigen dengan konsentasi tinggi (8 sampai 10 liter)
     d.memberikan beberapa obat
    e.memberikan ventilasi adekuat
D. KOMPLIKASI
a. Muntah dengan aspirasi ,gigi copot atau rusak
b. Obstruksi jalan nafas (herniasi manset,tube kaku)
c. Sinusitis (dengan nasotracheal tube)
d. Ruptur tracheal
e. Fistula trakeosofageal

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
A. Pendahuluan
Pada Saat nafas dan jantung penderita berhenti, kematian klinis terjadi.sel otak akan mulai rusak setelah 3-6 menit tanpa suplai oksigen segar dari udara yang dihirup dan di bawa ke otak melalui sirkulasi . keadaan ini dapat dipulihkan melalui teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan perawatan lainnya. Namun  jika dalam waktu 8- 10 menit tidak dilakukan bantuan RJP maka  penderita akan beresiko terjadi kematian sel –sel otak . Semakin lama korban tidak mendapatkan pertolongan awal maka kemungkinan korban untuk selamat menjadi semakin kecil .
Tujuan dari RJP (resusitasi jantung paru) adalah untuk memberikan bantuan aliran darah pada organ –organ vital dan memberikan bantuan oksigenasi pada darah sehingga paling tidak mencegah kematian biologis sementara dengan menjaga jantung dan paru-paru penderita tetap berfungsi . Yang perlu di perhatikan dalam melakukan tindakan RJP pada penderita yang diduga henti jantung dan henti nafas kita harus memahami konsep (C-A-B), (Hanzinski, M.F 2010) yang meliputi : 
 Chest compresson (kompresi dada) dilakukuan dengan tujuan untuk menjamin sirkulasi dada tetep bejalan ketika jantung behenti berdenyut . ada 2 akibat yang ditimbulkan oleh kompresi dada , pertama menghasilkan peningkatan tekanan intrathoraracic dan menyebabkan kompresi langsung pada jantung . kedua hal tersebut akan menghasilkan aliran darah dan diharapkan suplai darah dan oksigen ke organ viral (Hanzin,M.F 2005) letakkan pangkal telapak tangan pada tertengahan dada penderita sedikit di bawah garis antar nipple (AHA , 2005) dan pasitikan sumbu pangkal tangan tepat pada sumbu sternum (pertengahan dada)  posisi bahu , lengan dan siku harus tegak lurus dengan badan korban .tekan sternum 5 cm  untuk dewasa dan 1,5 inc pada bayi .untuk kompresi dan ventilasi menurut (AHA, 2010)  30 :2  x/menit untuk dewasa dan pada bayi 15: 2 x menit .
` 
     Airway control merupakan tindakan yang berfokus pada upaya penyelamatan /membebaskan jalan nafas dari sumbatan. Sumbatan jalan nafas bisa terjadi karena beberapa hal.Lidah menjadi sangat membahayakan jiwa katika korban tidak sadar.selain itu denda asing juga menjadi penyebab terbanyak obstruksi jalan nafas .untuk membebaskan jalan nafas oleh karena ,tindakan yang harus dilakukan Heat tilt Chin Lift cukup efektif dan pada penderita non cidera servikal .bila penderita dicurigai cidera servikal dapat melakukan teknik Jaw Thurust Maneuver (Hazinski, M.F .2005) 

      Breating support adalah proses pemberian nafas buatan mouth to mouth dalam 1 detik sekali nafas ,dan harus menghasilkan pengembangan dada .oleh karena itu pada saat memberikan bantuan pernafasan mata tetap selalu melihat pergerakan dada.pernafasan ini sebaiknya menggunakan poket mask untuk menghindari penularan penyakit dari pasien ke penolong .
Rescue breating (bantuan nafas ) :
a)  10 sampai 12 kali permenit untuk penderita henti jantung setiap 5  detik.
b)  12 kali permenit 20 kali permenit untuk pasien anak-anak dan bayi setiap 3sampai 5 detik. (AHA , 2010)
Alasan dari prosedur tersebut adalah sebagian besar serangan jantung terjadi pada orang dewasa dan angka kejadian terbanyak penderita mengalami fibrinasi venrtikel (VF) ataupun pulseless venticulae tachycardia (VT tanpa nadi). Pada kondisi seperti ini ,kompersi dada dan AED (automatic Exsternal Defibrillation) menjadi elemen yang paling penting untuk menyokong kehidupan pasien (AHA gudelines 2005) . dengan prosedur CAB penekanan dada akan di mulai lebih cepat kebutuhan perfusi organ vital khususnya otak akan segera terpenuhi . 

B. MEKANISME KERJA RJP
RJP merupakan suatu metode pernafsan buatan dan sirkulasi .ketika jantung dan pernafasan terhenti, penolong harus memberikan nafas buatan untuk menjaga oksigenasi darah dan menjaganya dalam sirkulasi .hal ini dapat dilakukan dengan memberikan kompresi dada dan venntilasi. Dengan melakukan kompresi dada diharapkan terjadi peningkatan tekanan didalam dada dan mungkin kompresi pada jantung itu sendiri ,sehingga satu atau kedua mekanisme ini akan memaksa darah keluar dari jantung dan menuju sirkulasi ketika tekanan dilepaskan , jantung kembali mengisi darah .
Kompresi berikutnya akan mengirim darah segar ini ke sirkulasi dan siklus berikutnya. ventilasi dilakukan untuk mencukupi oksigenasi darah degan menggunakan metode mulut ke masker ,mulut ke mulut dan mulut ke hidung. baik kompresi maupun ventilasi sangat diperlukan dalam RJP , kompresi tanpa vetilasi akan menyebabkan sirkulasi darah tanpa cukup oksigen didalamnya unutk mempertahankan fungsi otak dan jantung .     
C. LANGKAH –LANGKAH RJP
a.    Memastikan keamanan penolong , korban dan lingkungan dari benda-benda yang dapat membahayakan (Danger clear ) .

      b. Memastikan ketidaksadaran korban
c. Tepuk atau goyangkan bahu penderita dan berteriaklah jika “apakah anda baik-baik saja” . jika ada          berespon maka anda tidak perlu melakukan resusitasi , tetapi jika tidak berespon minta bantuan kepada orang lain .
3.      d.Panggil bantuan
Jika ada orang lain maka minta untuk menghubugi 118 atau unit call for help .
4.     e.Mengecek nadi karotis korban atau nadi yang ada di leher korban selama 10 detik . jika nadi tidak teraba , maka lakukanlah tindakan Resusitasi Jantung Paru . sebanyak 5 siklus untuk dewasa  (100 X /mnt atau sekitar 18 detik ) dan 15 kali untuk anak dan bayi.
5.      f. Buka jalan nafas ( head tilt chin lift /jaw thrust )
6.     g.  Memastikan ada tidaknya sumbatan jalan nafas menggunakan konsep .
a.)    look    : terlihat pasien mengalami agitasi, tidak dapat berbicara, penurunan kesadaran sianosis (kulit kebiru atau keabuan) yang menunjukkan hipoksemia – sianosis dapat dilihat pada kuku, lidah, telinga dan kulit sekitar mulut. Mungkin terlihat juga retraksi supra-sternal, interkosta atau epigastrium pada waktu inspirasi dan penggunaan ototbantu pernapasan.
b.)    Listen : terdengar adanya suara pernafasan abnormal yang menunjukkan adanya sumbatan jalan nafas parsial. Sumbatan parsial pada laring atau faring akan menghasilkan suara dengkur (snoring), berkumur (gurgling) dan bersiul (strudor). Sumbatan pada faring dapat memberikan suara parau (hoareness, disfonia)
c.)    Feel    : tidak adanya aliran udara ekspansi dapat didengarkan atau dirasakan oleh kulit tangan/pipi dari mulut atau hidung pasien .

7.      Berikan 2 kali  (dewasa ,anak dan bayi )  bantuan nafas (1 detik/nafas) kaji adanya pengembangan dada
8.      Setelah 5 siklus CPR , perksalah nadi karotis .
Bila nadi belum ada,lanjutkan CPR 5 siklus lagi .bila nadi teraba ,lihat pernapasan (bila belum ada upaya nafas),lakukan rescue breating 10 sampa12 x /menit dan dilanjukan dengan pemeriksaan nadi setiap 2 menit.
9.      Bila nadi dan napas ada , lakukan tindakan head to toe examination
( check adanya luka, perdarahan dan patah tulang ).
   10 .  berikan posisi recovery ,bila tidak ada konta indikasi .

Senin, 24 Juni 2013

1.Askep Hepatitis DOWNLOAD
asslamualaikum  wr wb,,,

 Di era globalisasi ni banyak orang-orang yang belum mengetahui untuk apa ,kenapa dan apa tujuan dari asuhan keperwatan baik itu dari sisi perawat itu sendiri maupun dari sisi pasien/klien, membuat kedua belah pihak bingung , nah oleh sebab itu untuk megupas hal tersebut saya mau bagi-bagi file asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan imun & hematologi langung aja download aja di link bwah ni ya hehe,,

1.Askep Hepatitis
https://www.box.com/s/o3lydidjtrloopcl0hnh
1.Pengertian
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).              
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
Hepatitis B adalah infeksi pada hati yang berpotensi menyebabkan kematian yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B merupakan masalah kesehatan global utama dan merupakan jenis yang paling serius dari semua jenis Hepatitis. Penyakit ini dapat menyebabkan penyakit hati kronis dan bisa menyebabkan penderitanya beresiko tinggi mengalami kematian akibat komplikasi lebih lanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati. (WHO, 2008)
(WHO,  2008) HBV adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut partikel Dane. Virus ini memiliki beberapa antigen inti dan antigen permukaan yang telah diketahui secara rinci dan dapat diidentifikasi dari sampel darah hasil pemeriksaan lab. HBV memiliki masa tunas yang lama, antara 1-7 bulan dengan awitan rata-rata 1-2 bulan. (Elizabeth J. Corwin, 2009: 667)
Hepatitis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh virus disertai dengan nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas. Hepatitis B merupakan peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh HBV (Hepatitis B Virus) dan ditularkan melalui kontak darah maupun cairan tubuh. (Brunner & Suddarth, 2002: 1169)
Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, bersifat akut, terutama ditularkan secara parenteral tetapi bisa juga secara oral, melalui hubungan seksual antara penderita dan orang lain, dan dari ibu ke bayi. (Dorland, 1998: 502)

2  .  ETIOLOGI
 Hepatitis disebabkan oleh infeksi dari HBV (Hepatitis B Virus). Beberapa faktor predisposisi terjadinya penularan Hepatitis B adalah:
1. Kontak dengan darah, sekresi dan tinja dari manusia yang terkontaminasi.
2. Kontak melalui hubungan intim seksual.
3. Penularan perinatal (Lippincott William & Wilkins, 2008: 261)

Cara umum penularan Hepatitis B di negara berkembang adalah:
1. Perinatal (dari ibu ke bayi saat kelahiran).
2. Infeksi awal pada masa kanak-kanak (infeksi subklinis melalui kontak interpersonal
dengan kelompok yang terinfeksi).
3. Penggunaan jarum suntik sembarangan.
4. Transfusi darah.
5. Hubungan seksual.
6. Berbagi siakat gigi atau pisau cukur
7. Penatauan tubuh atau penindikan bagian tubuh yang jarumnya sudah tidak steril
8. Proses klinik gigi yang gegabah dan menggunakan alat-alat tidak steril
9. Donor darah instan untuk emergency, atau penyimpanan donor darah tanpa di periksa terlebih dahulu oleh laoratorium
10. Tranfusi cairan tubuh dan organ tubuh yang ceroboh tidak mengikuti prosedur medis yang benar
( Prof. Heath Kelly & Dr. Noel Bennett, 2009: 125)

3. MANISFESTASI KLINIS
Gejala Hepatitis B mirip gejala flu. Kadang-kadang sangat ringan bahkan tida terobati. Gejala utama dari Hepatitis B adalah sebagai berikut:
1. Urtikaria atau artralgia sebelum terjadinya tanda sakit kuning menunjukkan infeksi HBV menimbulkan gejala sama sekali. Hanya sedikit orang yang terinfeksi menunjukkan semua gejala. Karena alasan ini banyak kasus Hepatitis B yang tidak terdiagnosis dan (Lippincott William & Wilkins, 2008: 260)
2. Mudah lelah
3. Demam ringan
4. Nyeri otot dan persendian
5. Mual dan muntah
6. Sakit kepala
7. Kehilangan nafsu makan
8. Nyeri perut kanan atas
9. Diare
10. Warna tinja seperti dempul (keabu-abuan)
11. Warna urine seperti the
12. Warna kulit dan sklera mata kuning (jaundice), sering disebut penyakit kuning.
13. Penurunan berat badan 2.5 - 5 kg (sumber: Unit Transfusi Darah PMI Cabang Kota Yogyakarta)


 4.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi.
1.   Pemeriksaan serologi
a.Adanya HBsAg dalam serum merupakan pertanda serologis infeksi hepatitis B. Titer HBsAg yang masih positif lebih dari 6 bulan menunjukkan infeksi hepatitis kronis. Munculnya antibodi terhadap HBsAg (anti HBs) menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses infeksi.
b Adanya HBeAg dalam serum mengindikasikan adanya replikasi aktif virus di dalam hepatosit. Titer HBeAg berkorelasi dengan kadar HBV DNA. Namun tidak adanya HBeAg (negatif) bukan berarti tidak adanya replikasi virus, keadaan ini dapat dijumpai pada penderita terinfeksi HBV yang mengalami mutasi (precore atau core mutant)
2.  Pemeriksaan virologi
Pemeriksaan virologi untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus.
3. Pemeriksaan biokimiawiSalah satu pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktifitas nekroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang meningkat menunjukkan proses nekroinflamasi lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Menurut Price dan Wilson (1995) bahwa kadar normal AST adalah 5-40 unit/ml, sedangkan kadar normal ALT adalah 5-35 unit/ml.
4. Pemeriksaan histologi (biopsi)
Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral. Ukuran spesimen biopsi yang representatif adalah 1-3 cm (ukuran panjang) dan 1,2-2 mm (ukuran diameter) baik menggunakan jarum Menghini atau Tru-cut. Salah satu metode penilaian biopsi yang sering digunakan adalah dengan Histologic Activity Index score. (JB Suharjo, B Cahyono, 2006)